Catatanku

Sabtu, 15 November 2014

Resensi Novel "On a Journey" (Desi Puspitasari)

Nama               : Aris Rizka Fauzi
Kelas               : XI IPA 5
~SMAN 1 PURWAKARTA~

Resensi On a Journey
Judul                           : On a Journey
Penulis                        : Desi Puspitasari
Penerbit                       : Penerbit Bentang
                                      (PT Bentang Pustaka)
Cetakan                       : Pertama, Januari 2013
Tebal                           : vi+ 266 halaman
Penyunting                  : Laurensia Nita
Perancang sampul       : Ads Studio
Pemeriksa aksara         : Isnaeny Hikmah &
                                       Veronika Neni
Penata aksara              : BASBAK_Binangkit
Kategori                      : Novel


Tentang Penulis
Desi Puspitasari, kelahiran Madiun, 7 November 1983, saat ini tinggal di Yogyakarta. Memiliki hobi fotografi, menulis, dan berkelana ke luar kota. Saat kecil sangat menggemari novel-novel karya Enyd Blyton, R.L. Stine, dan Astrid Lindgren.

Hobi menulisnya tersalurkan dan berkembang setelah bergabung dengan LFP Yogyakarta. Prestasi dan karya-kaya yang pernah menang dan pernah dipublikasikan adalah “Little Susie” dimuat dalam Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung UGM (2003), “Laurence” dimuat dalam Kumpulan Cerpen Terpilih Balairung UGM (2004), Cerpenis terpilih Balairung UGM (2004), “Berawal dari Senyum” Juara I Lomba Cerpen Islami Fakultas Pertanian UGM (2004), “Gypsy Penari” (dongeng) dimuat dalam majalah Anak Kreatif (2005).

Buku-bukunya yang sudah terbit antara lain Kutemukan Engkau di Setiap Tahajudku (2006), Di Bawah Naungan Cahaya-Mu (2007), Girl-ism (2009), dan Pukul Sebelas Malam (2012). Sedangkan cerpen-cerpennya yang lain yang sudah pernah dimuat di media massa cetak antara lain La Vie (Koran Tempo, 2011), Heute Herbst (Koran Tempo, 2011), Ayahmu Mati (Jawa Pos, 2011), CLOS E (Koran Tempo, 2012), dan Skarf (Koran Tempo, 2012).
            Desi dapat dihubungi melalui Twitter di @Puspitadesi.

Novel ini berkisah tentang perjalanan Rubi Tuesday, seorang perempuan yang berprofesi sebagai penulis. Umurnya dua puluh empat tahun. Rubi telah berteman dengan Stine sekitar dua tahun. Rubi menyukai Stine, lelaki yang membuatnya sangat nyaman. Namun, Stine menolaknya ketika Rubi mengungkapkan perasaannya.

Karena penolakan Stine, Rubi patah hati. Ia menangis setiap hari dan kehilangan gairah hidup. Rubi mulai menjauhi Stine dengan cara minggat dari rumah dan memutuskan untuk melakukan sebuah perjalanan ke kota Diavabre. Berbekal sepeda tua dan ransel berbentuk samsak tinju. Rubi hanya memberitahu sahabatnya yang bernama Phie bahwa ia akan melakukan perjalanan.

Awalnya, Rubi memulai perjalanannya dengan menaiki sebuah bus, sepeda tuanya ia simpan di bagasi bus. Namun, di tengah perjalanan, bus yang ia tumpangi mogok. Rubi terpaksa melanjutkan perjalanan dengan menggunakan sepeda. Selama di perjalanan, Rubi bertemu dengan beragam orang dengan karakternya masing-masing. Perjalanan tersebut mengantarkan Rubi menuju sebuah warung makan kecil, di sana ia bekerja sebagai pencuci piring sementara demi mendapatkan tempat berteduh dan tambahan uang saku yang semakin menipis.

Beberapa hari kemudian, Rubi memutuskan untuk melanjutkan perjalanannya dan berhenti bekerja di warung makan itu. Perjalanannya semakin tak tentu arah. Rubi akhirnya menyadari bahwa ia telah tersesat dari awal, semenjak ia turun dari bus dan melanjutkan perjalanan seorang diri dengan bersepeda.

Bukannya melupakan Stine, Rubi malah semakin rindu kepadanya dan ingin segera kembali, pulang ke rumah. Rubi tak pernah sampai ke Diavabre, ia justru semakin menjauh dan tersesat entah dimana. Setelah berbulan-bulan melakukan perjalanan, Rubi akhirnya memutuskan untuk mengakhiri perjalanannya dan kembali pulang.

Sesampainya di rumah, Rubi justru langsung bertemu kembali dengan Stine. Kali ini, Stine yang menyatakan perasaannya kepada Rubi. Stine menyukai Rubi, namun Rubi menolaknya. Rubi terlanjur kecewa.

Mereka pun tak pernah bertemu lagi setelah kejadian itu. Sampai akhirnya, mereka kembali dipertemukan pada sebuah acara di sebuah perpustakaan ketika Rubi diundang sebagai pembicara di acara tersebut terkait dengan buku barunya yang baru terbit. Rubi menulis semua yang dialaminya ketika melakukan perjalanan dan berhasil menuangkannya dalam sebuah buku.

Novel ini diceritakan dengan alur mundur/flashback. Kelebihan dari novel ini, pembaca seperti sedang membaca sebuah novel terjemahan karena novel ini mengambil latar luar negeri. Novel ini juga memberi banyak pelajaran hidup. Gaya bahasa yang digunakan tidak begitu sulit, sehingga dapat dimengerti oleh pembaca awam sekalipun. Selain itu, banyak kisah yang diceritakan dalam novel ini yang dapat menginspirasi para pembaca.

Namun, tentu saja novel yang bagus sekalipun masih mempunyai kekurangan. Adapun kekurangan dari novel ini adalah minimnya catatan kaki yang dicantumkan, sehingga membingungkan pembaca yang tidak mengetahui beberapa istilah yang dimuat dalam novel ini. Percakapan beberapa tokoh pun ada yang sedikit keliru dan terdapat kesalahan. Selain itu, walaupun berlatar luar negeri, tetapi masih terasa suasana lokalnya.


Secara keseluruhan, novel ini cukup menarik dan dapat menginspirasi para pembaca yang membacanya. Walaupun di dalamnya lebih dominan berkisah tentang percintaan, tetapi bukan hanya remaja saja yang cocok untuk membaca novel ini. Orang dewasa pun bisa membaca novel ini karena di dalamnya juga terdapat permasalahan lain, seperti masalah keluarga dan kehidupan sosial yang memprihatinkan. Selain itu, para pembaca pun akan terinspirasi untuk menghadapi masalah yang sedang dialami oleh mereka karena novel ini juga mencoba untuk membuat orang agar memandang suatu permasalahan dari sudut pandang yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar