“Maka pada hari ini Kami selamatkan
badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda
kekuasaan Kami.” [QS.Yunus:92]
Dr. Bukay berkata, “Riwayat versi Taurat mengenai keluarnya
bangsa Yahudi bersama Musa Alaihissalam dari Mesir menguatkan ‘statement’ yang
menyatakan bahwa Mineptah, pengganti Ramses II adalah Fir’aun Mesir pada masa
nabi Musa Alaihissalam. Penelitian medis terhadap mumi Mineptah membeberkan
kepada kita informasi-informasi berguna lainnya mengenai dugaan sebab kematian
Fir’aun ini.
Sesungguhnya kitab Taurat menyebutkan, jasad tersebut
ditelan laut akan tetapi tidak memberikan rincian mengenai apa yang terjadi
terhadapnya setelah itu, Injil pun juga sama. Sedangkan al-Qur’an menyebutkan,
jasad Fir’aun yang dilaknat itu akan diselamatkan dari air sebagaimana
keterangan ayat di atas. Dalam hal ini, pemeriksaan medis terhadap mumi
tersebut menunjukkan, jasad tersebut tidak berada lama di dalam air sebab tidak
menunjukkan adanya tanda kerusakan total akibat terlalu lama berada di dalam
air.
Dr. Morris Bukay menyebutkan bahwa dalam sebuah penelitian
medis dengan mengambil sampel organ tertentu dari jasad mumi tersebut pada
tahun 1975 melalui bantuan Prof Michfl Durigon dan pemeriksaan yang detail
dengan menggunakan mikroskop, bagian terkecil dalam organ itu masih dalam
kondisi terpelihara secara sempurna. Ini menunjukkan, keterpeliharaan secara
sempurna itu tidak mungkin terjadi andaikata jasad tersebut sempat tinggal
beberapa lama di dalam air atau bahkan sekali pun berada lama di luar air
sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Dr. Bukay juga menyebutkan, diri bersama tim telah melakukan
banyak penelitian, di antaranya untuk mengetahui dugaan sebab kematian Fir’aun.
Penelitian yang dilakukannya berjalan legal karena dibantu direktur
laboratorium satelit di Paris, Ceccaldi dan prof. Durigan. Objek penelitian
dititik beratkan pada salah satu orang di tengkorak kepala.
Mengenai hasilnya, Dr Bukay mengungkapkan, “Dari situ
diketahui, bahwa semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat
dalam kitab-kitab suci yang menyiratkan Fir’aun tewas ketika digulung
gelombang…”
Dr. Bukay menjelaskan sisi kemukjizatan masalah ini. Ia
mengatakan, “Di zaman di mana al-Qur’an sampai kepada manusia melalui Muhammad
Shallallahu’alaihi wa sallam, jasad-jasad para Fir’aun yang diragukan orang di
zaman kontemporer ini apakah benar atau tidak ada kaitannya dengan saat keluarnya
Musa, sudah lama terpendam di pekuburan lembah raja di Thoba, di pinggir lain
dari sungai Nil di depan kota al-Aqshar saat ini.
Pada masa Muhammad Shallallahu’alaihi wa sallam segala
sesuatu mengenai hal ini masih kabur. Jasad-jasad tersebut belum terungkap
kecuali pada penghujung abad ke-19. Dengan begitu, jasad Fir’aun Musa yang masih eksis hingga kini dinilai sebagai
persaksian materil bagi sebuah jasad yang diawetkan milik seorang yang mengenal
nabi Musa Alaihissalam, menentang permintaannya dan memburunya dalam pelarian
serta mati saat pengejaran itu. Lalu Allah menyelamatkan jasadnya dari
kerusakan total sehingga menjadi tanda kebesaran-Nya bagi umat manusia
sebagaimana yang disebutkan al-Qur’an al-Karim.
Informasi sejarah mengenai nasib jasad Fir’aun tidak berada
di tangan manusia mana pun ketika al-Qur’an turun atau pun setelah beberapa
abad setelah turunnya. Akan tetapi ia dijelaskan di dalam Kitab Allah Subhanahu
wa ta’ala sebelum lebih dari 1400 tahun lalu.
Seorang Professor Masuk Islam Karena
Mumi Fir’aun
Professor Maurice Bucaille adalah seorang dokter ahli bedah
terkemuka di dunia yang berasal dari Prancis. Ia mempunyai cerita yang sangat
menakjubkan. Ia menjelaskan sebab musabab dirinya meninggalkan agama Katolik
yang telah dianutnya bertahun-tahun, kemudian menyatakan dirinya memeluk agama
Islam.
Setelah menyelesaikan study setingkat SMA-nya, ia menetapkan
untuk mengambil jurusan kedokteran pada sebuah univertsitas di Prancis. Ia
termasuk salah satu dari mahasiswa yang berprestasi hingga akhir tahun, karena
kecerdasan dan keahlian yang dimilikinya, dia kemudian menjadi seorang dokter
terkemuka di Prancis.
Prancis adalah negara yang terkenal sangat menjaga dan
mementingkan barang-barang peninggalan kuno dibandingkan dengan negara yang
lainnya, terutama pada masa kepemimpinan Fransu Metron tahun 1981.
Pada tahun itu, Prancis meminta ijin kepada Mesir agar
mereka diberikan kesempatan untuk memeriksa dan meneliti mumi Fir’aunnya yang
terkenal. Sebuah mumi yang tak asing dikalangan orang-orang Islam. Fir’aun ini
adalah orang yang ditenggelamkan Allah dilaut merah, tatkala melakukan
pengejaran terhadap nabi Musa Alaihissalam.
Permintaan Prancis ditanggapi oleh Mesir dengan mengizinkan
Prancis untuk mengadakan penelitian. Mumi Fir’aun dipindahkan dengan
menggunakan pesawat terbang. Setibanya di Prancis, kedatangan mumi tersebut
disambut oleh Persiden Franso Metron beserta para menterinya seolah-olah dia
masih hidup.
Mumi tersebut kemudian dipindahkan ke pusat barang-barang
kuno milik Prancis untuk diserahkan kepada para ilmuwan dan dokter bedah,
supaya mereka dapat mempelajari rahasia yang terkandung dari mumi tersebut, dan
Profesor Professor Maurice Bucaille bertindak sebagai ketua tim penelitian.
Semua tim peneliti bertugas untuk meneliti, memperbaiki
tulang-tulang yang sudah rusak dan anggota tubuh yang lainnya. Berbeda dengan
apa yang dilakukan oleh Professor Maurice Bucaille, ia justru menyelidiki
tentang rahasia kematian Fir’aun.
Pada suatu malam, ia memperoleh hasil penelitiannya; bahwa
terdapat bekas garam yang menempel pada mayat mumi, sehingga dapat ia jadikan
sebuah bukti yang nyata bahwa Fir’aun mati karena tenggelam dan mayatnya dapat
di selamatkan, kemudian diawetkan pada saat kejadian.
Dari hasil penelitiannya, timbul beberapa pertanyaan yang
susah untuk ia dapatkan jawabannya yaitu bagaimana mayat Fir’aun dapat
diselamatkan, dan anggota tubuhnya masih tetap utuh, sedangkan kondisi
mayat-mayat yang lainnya setelah diawetkan tidak seperti dirinya?
Namun sebelum ia selesai membuat kesimpulan, salah seorang
temannya berbisik kepadanya dengan berkata: “Jangan terburu-buru seperti itu,
karena orang-orang Islam telah mengetahui tentang hal ini.”
Mendengar pernyataan dari temannya itu, ia menolak keras
atas pernyataan tersebut. Ia berkata: “Penemuan seperti ini tidak mungkin
dilakukan kecuali ada dukungan sains dan teknologi canggih”.
Salah seorang temannya yang lain menanggapinya seraya
berkata: “Al-Qur’an merekalah yang telah menceritakan kematiannya dan bagaimana
jasadnya di selamatkan dari tenggelam.” Mendengar penjelasan temannya itu,
Bakay kebingungan dan bertanya-tanya bagaimana hal ini bisa terjadi?
Sedangkan mumi ini sendiri baru ditemukan pada tahun 1898
atau kurang lebih baru dua ratus tahun yang lalu, sedangkan Al-Qur’an mereka
sudah ada semenjak lebih dari seribu empat ratus tahun…!!!
Bagaimana akal manusia dapat mengetahuinya, padahal semua
manusia -bukan hanya orang-orang Arab- belum ada yang mampu mengetahui
bagaimana peradaban orang-orang Mesir di masa lampau dan bagaimana caranya
mereka mengawetkan mayat, kecuali pada masa sepuluh tahun yang lalu?
Maurice duduk termenung di dekat mumi Fir’aun tersebut sambil
memikirkan tentang bisikan yang telah ia dengar dari temannya; bahwasanya
Al-Qur’an telah menceritakan kejadian itu, padahal kitab sucinya hanya
menceritakan tentang tenggelamnya Fir’aun akan tetapi di dalamnya tidak di
jelaskan tentang keadaannya sesudah tenggelam. Ia pun bergumam dalam
kesendiriannya:
“Masuk akalkah bahwa jasad yang ada di depanku ini adalah
Fir’aun Mesir yang telah mengusir Nabi Musa? Benarkah kalau Nabinya orang
muslim yang bernama Muhammad itu sudah mengetahui tentang hal ini sejak 1400
tahun yang silam?
Berbagai pertanyaan yang belum sempat terjawab, membuat
Professor Maurice tidak dapat tidur disetiap malam. Ia kemudian mengambil Kitab
Taurat dan membacanya, sampai pada sebuah kalimat yang mengatakan: “Kemudian
air itupun kembali pada keadaan sedia kala, kemudian air laut itupun
menenggelamkan perahu-perahu beserta Fir’aun dan bala tentaranya, hingga tidak
tersisa satupun diantara mereka.”
Setelah menyelesaikan penelitian dan perbaikan, maka mumi
tersebut kemudian di kembalikan ke Mesir dengan menggunakan peti yang terbuat
dari kaca nan elok, karena menurutnya itu lebih pantas untuk orang yang
berkedudukan seperti Fir’aun. Akan tetapi Bakay masih dalam kondisi belum puas
dengan berita yang di dengarnya, bahwa orang-orang Islam telah mengetahui
keselamatan mumi ini. Ia pun lalu berkemas untuk berkunjung ke Saudi Arabia
guna menghadiri seminar kedokteran yang akan dihadiri para pakar bedah muslim.
Dalam pidatonya, Professor Maurice memulai pembicaraan
tentang hasil penyelidikannya bahwa jasad Fir’aun dapat diselamatkan setelah
tenggelam, kemudian salah seorang diantara pakar muslim berdiri dan membuka
serta membacakan mushaf pada Surat Yunus Ayat 92 yang artinya: “Pada
hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat dijadikan pelajaran bagi
orang-orang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari
tanda-tanda kekuasaan kami.”
Professor Maurice Bucaille terheran-heran dengan penjelasan
yang baru saja ia dengar, ia lalu beranjak dari tempat duduknya dan dengan
suara lantang ia berkata: “Pada hari ini; aku menyatakan diri untuk memeluk
agama Islam dan aku mengimani Al-Qur’an ini”.
Setelah selesai seminar Professor Maurice Bucaille lalu
kembali ke Prancis dengan wajah yang berbeda dari wajah sebelum ia datang
menghadiri seminar. Selama sepuluh tahun ia tidak mempunyai pekerjaan yang
lain, selain mempelajari tentang sejauh mana keserasian dan kesinambungan
Al-Qur’an dengan sains, serta perbedaan yang bertolak belakang dengannya. Namun
apa yang ia dapati selalu berakhir sebagaimana Firman Allah Subhanahu wa
ta’ala: Yang tidak datang kepadanya (Al Qur’an) kebatilan baik dari
depan maupun dari belakangnya, yang diturunkan dari Tuhan Yang Maha Bijaksana
lagi Maha Terpuji.” (Fushshilat: 42)
Dari hasil penyelidikan yang bertahun-tahun, ia kemudian
menulis sebuah buku tentang kesinambungan Al-Quran dengan sains yang mampu
mengguncangkan Eropa. Sehingga ketika para pakar- pakar dan para ilmuwan barat
berusaha untuk mendebatnya, mereka tidak kuasa …
Tenggelamnya Fir’aun Dalam Bible
Kisah bermula dari perintah Tuhan kepada nabi Musa as untuk
membebaskan orang-orang Israel dari penindasan raja Fir’aun dan sekaligus
mengeluarkan mereka dari Mesir.
Nabi Musa as dibantu nabi Harun as menghadap ke Fir’aun,
guna meminta kepada Fir’aun untuk membawa orang-orang Israel keluar dari Mesir
yang berarti melepaskan orang-orang Israel dari kekuasaan raja Fir’aun. Tetapi
Fir’aun menolak permintaan nabi Musa as tersebut.
Tuhan mengulangi lagi perintahnya kepada nabi Musa as, waktu
itu nabi Musa as sudah berumur 80 tahun. Nabi Musa as menunjukkan kepada
Fir’aun bahwa dirinya mempunyai kepandaian supranatural, namun hal ini tidak
membuat Fir’uan melunak. Kemudian Tuhan mengirim siksaan berupa air sungai
berubah menjadi darah, timbulnya katak-katak, nyamuk, wabah penyakit kepada
manusia dan hewan, kegelapan dan kematian bagi bayi-bayi yang lahir pertama
kali. Tetapi hal ini masih belum menaklukkan hati Fir’aun untuk membiarkan
orang-orang Israel keluar dari Mesir atau melepaskan dari kekuasaannya.
Akhirnya, nabi Musa tidak meminta izin Fir’aun untuk membawa
600.000 orang Israel keluar dari Mesir. Jumlah tersebut belum termasuk
anak-anak sehingga bila mereka ikut dihitung jumlah keseluruhan orang-orang
Israel yang diajak nabi Musa as keluar Mesir adalah berkisar antara 2 juta
hingga 3 juta jiwa.
Kemudian berangkatlah orang Israel dari Raamses ke Sukot,
kira-kira enam ratus ribu orang laki-laki berjalan kaki, tidak termasuk
anak-anak. [Keluaran 12:37]
Pada waktu itulah Fir’aun mengejar nabi Musa as beserta pengikutnya,
dengan menggunakan 600 kereta dan kudanya yang terbaik dari Mesir, dan setiap
kereta dikendarai dua orang perwira.
Fir’aun beserta pasukannya berhasil mengejar nabi Musa as
dan pengikutnya, keadaan nabi Musa terjepit, didepan terbentang lautan dan dari
belakang terdesak ribuan pasukan Fir’aun.
Adapun orang Mesir, segala kuda dan kereta Firaun,
orang-orang berkuda dan pasukannya, mengejar mereka dan mencapai mereka pada
waktu mereka berkemah di tepi laut, dekat Pihahirot di depan Baal-Zefon.
Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN. [Keluaran 14:9-10]
Ketika Firaun telah dekat, orang Israel menoleh, maka tampaklah orang Mesir bergerak menyusul mereka. Lalu sangat ketakutanlah orang Israel dan mereka berseru-seru kepada TUHAN. [Keluaran 14:9-10]
Dan ketika dalam keadaan kritis:
Lalu Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, dan
semalam-malaman itu TUHAN menguakkan air laut dengan perantaraan angin timur
yang keras, membuat laut itu menjadi tanah kering; maka terbelahlah air itu. [Keluaran 14:21]
Maka melintaslah nabi Musa as dan pengikutnya, kemudian
disusul oleh Fir’aun dan tentaranya, Namun Fir’aun dan tentaranya berjalan
sangat lambat karena roda keretanya berputar miring terseok-seok dan nabi Musa
sa beserta pengikutnya berlari meninggalkan mereka jauh. Setelah itu atas
perintah Tuhan nabi Musa as mengulurkan kembali tangannya ke laut, maka :
Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang
berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke
laut; seorang pun tidak ada yang tinggal dari mereka. [Keluaran 14:28]
Fir’aun beserta pasukannya tewas dalam lautan, tak
seorangpun yang hidup. Tuhan telah mencampakkan Fir’aun kedalam lautan dan
membiarkan tubuhnya musnah dalam lautan :
Dan mencampakkan Firaun dengan tentaranya ke Laut Teberau!
Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya. [Mazmur 136:15]
Air menutupi para lawan mereka, seorang pun dari pada mereka
tiada tinggal. [Mazmur 106:11]
Dari kisah tersebut, point yang dapat kita ambil adalah :
- Jumlah
2 juta sampai 3 juta orang-orang Israel yang melarikan diri keluar Mesir
nampaknya sangat berlebihan. karena jumlah sebesar itu, resiko kematian d
itengah padang pasir yang amat terik tentu sangat tinggi, ini merupakan
angka yang bombastik. Apalagi mereka tidak mempunyai persediaan makanan
dan air yang cukup.
- Mayat
Fir’aun dimusnahkan dalam lautan.
Tenggelamnya Fir’aun Dalam Al-Qur’an
Kisah bermula pada kekafiran, kesombongan dan keingkaran
bangsa Mesir yang mengikuti Fir?aun dalam menentang Allah SWT dan nabinya Musa
as dan yang menindas bangsa Israel, padahal telah nyata petunjuk bagi mereka
dan telah diperlihatkan kejadian-kejadian luar biasa kepada mereka sebagai
tanda kekuasaan Allah SWT, tetapi hati mereka tidak mau sadar, tidak mau
kembali kepada kebenaran dan beriman kepada Allah SWT.
Sangat sedikit yang beriman dari orang-orang Mesir, ada yang
mengatakan hanya tiga orang yang beriman, yaitu istri Fir’aun, seorang dari
pengikut Fir’aun dan seorang pemberi nasehat.
Karena, Fir’aun dan bangsanya tetap ingkar dan sombong, Nabi
Musa as meminta kepada Fir’aun untuk meninggalkan Mesir beserta orang-orang
Bani Israel, namun Fir’aun menolak permintaan ini. Maka turunlah perintah Allah
SWT :
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah
kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk
mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan
tidak usah takut (akan tenggelam)”. [QS.
20:77]
Maka pergilah nabi Musa as bersama-sama kaumnya Bani Israel
pada malam itu juga, dan pada pagi harinya, tidak ada seorangpun dari kaum nabi
Musa as yaitu Bani Israel yang tertinggal di Mesir, mereka telah pergi
meninggalkan Mesir.
Pagi harinya, mengetahui orang-orang Israel telah
meninggalkan Mesir, Fir’aun sangat marah dan segera mengumpulkan tentaranya,
kereta dan kuda yang ada di seluruh wilayah Mesir untuk mengejar nabi Musa as
dan orang-orang Israel. Dengan marah Fir’aun berkata kepada pasukannya :
“Orang-orang itu berjumlah tidak banyak, dan sesungguhnya, mereka
telah benar-benar membuat kita marah”
Kemudian setelah tentara dan kuda-kuda terkumpul,
diberangkatkanlah pasukannya mengejar Nabi Musa as dan Bani Israel.
”Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka
di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat,
berkatalah pengikut-pengikut Musa: “Sesungguhnya kita benar-benar akan
tersusul”. Musa menjawab: ”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku
besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. [QS: 26:60-62]
Ketika pengikut nabi Musa as dalam keadaan ketakutan karena
akan segera tersusul, turunlah firman Allah SWT :
Lalu Kami wahyukan kepada Musa:”Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar. [QS.
26:63]
Maka melintaslah nabi Musa beserta kaumnya Bani Israel, dan
Fir’aun beserta pasukannya menyusul dibelakangnya. Ketika Nabi Musa as dan
pengikutnya sampai di daratan yang tinggi dan Fir’aun beserta pasukannya masih
ditengah-tengah lautan, maka datanglah pertolongan Allah SWT kepada nabi Musa
as :
Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya
semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu. [QS. 26:65-66]
Tenggelamlah Fir’aun beserta pasukannya dan tak seorangpun
terselamatkan nyawanya termasuk Fir’aun. Namun Fir’aun saat-saat akhir
menjelang kematiannya, dia baru sadar atas keingkarannya dan dia sempat
mengucapkan kalimat tauhid dan berserah diri kepada Allah SWT :
Hingga bila Fir’aun itu hampir tenggelam berkatalah dia: ”Saya
percaya bahwa tidak ada Ilah melainkan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan
saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. [QS. 10:90]
Dengan perngakuan Fir’aun tersebut, Allah SWT berkenan
menyelamatkan mayat Fir’aun agar tidak sampai hancur di dalam lautan, dan agar
tubuh Fir’aun yang dibiarkan utuh tersebut dapat menjadi pelajaran bagi manusia
kelak :
Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan
dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami. [QS. 10:92]
Begitulah, Allah SWT menjaga tubuh Fir’aun tetap utuh
walaupun tertelan lautan, untuk menjadi pelajaran dan sebagai tanda-tanda
kekuasaan-NYA bagi orang-orang yang datang sesudahnya, bukan hanya kisah
tenggelamnya Fir’aun yang menjadi pelajaran dan sebagai tanda-tanda kekuasaan
Allah SWT, tetapi tubuh fisiknya juga.
Satu point yang dapat diambil dari kisah tenggelamnya
Fir’aun dalam Al-Qur’an, yaitu
: Mayat Fir’aun dijaga utuh oleh Allah SWT.
Arkeologi Membuktikan Kebenaran
Al-Qur’an
Alkitab menyatakan tubuh Fir’aun telah musnah karena
tenggelam di lautan, sedang Al-Qur’an menyatakan Tubuh Fir’aun tetap utuh dan
selamat walaupun tenggelam di lautan, di sisi lain dari dunia sejarah khususnya
bidang arkeologi, telah menemukan mummi yang diindentifikasi sebagai jasad dari
tubuh Fir’aun yang mengejar-ngejar nabi Musa as dan tenggelam di lautan.
Temuan arkeologi ini, membuktikan apa yang dinyatakan
Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang dijaga utuh oleh Allah SWT adalah
benar-benar terjadi pada 2000 tahun sebelum Al-Qur?an itu sendiri
menyatakannya. Dan temuan arkeologi ini secara bersamaan menyangkal apa yang
dinyatakan Alkitab bahwa tubuh Fir’aun telah musnah di lautan.
Bukti kebenaran Al-Qur’an ini, sekaligus menjelaskan bahwa :
- Al-Qur’an
bukanlah bikinan Muhammad saw, karena,
apa yang dikisahkan Al-Qur’an tentang tubuh Fir’aun yang dijaga utuh oleh
Allah SWT adalah terjadi sekitar 2000 tahun sebelumnya, mustahil Muhammad
saw mengetahui kejadian tersebut. Dan ketika Al-Qur’an menyatakan tubuh
Fir’aun dijaga utuh untuk menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang
sesudahnya, sama sekali tidak ada bukti riil dari jasad Fir’aun pada saat
itu. Bukti tubuh utuh Fir’aun baru ditemukan sekitar 1300 tahun setelah
Al-Qur’an menyatakannya yaitu tahun 1898 M. Tidak ada yang mampu membuat
kisah seakurat itu, kecuali yang merencanakan kisah itu terjadi yaitu
Allah SWT.
- Alkitab
hasil campur tangan manusia, karena
apa yang dikisahkan Alkitab tentang kejadian sekitar 1300 tahun
sebelumnya, ternyata terbukti meleset setelah ditemukan mummi raja Fir’aun
yang telah dinyatakan musnah oleh Alkitab. Tentu tidak mungkin Tuhan yang
membuat pernyataan dalam Alkitab yang menyatakan tubuh Fir’aun telah
dimusnakan, karena sejarah membuktikan tubuh Fir’aun diselamatkan utuh.
- Orientalis
hanya bisa menuduh,
Muhammad saw dituduh telah membuat Al-Qur’an dengan menyontek Alkitab,
tentu tuduhan semacam ini sangat tidak ilmiah, karena telah terbukti
Alkitab telah salah mengisahkan tubuh utuh Fir’aun, sementara Al-Qur’an
sangat akurat dalam mengisahkannya. Apa yang dicontek ?
Demikianlah uraian dari kami, semoga dapat menambah keimanan
kita kepada Allah SWT, dan semoga kita senantiasa memperhatikan bukti-bukti
kemukjizatan Al-Qur’an yang terbentang luas dalam segala disiplin ilmu.
Akhirul kata, semoga menambah keimanan kita,
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuhu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar